Sabtu, 18 Mei 2019

Terbaru 2020 - MAKALAH PERKEMBANGAN SEJARAH SASTRA INDONESIA TAHUN 1933-1970

Resep Masakan Terbaru

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
            Perjalanan karya sastra Indonesia mengalami perjalanan yang cukup panjang. Perkembangan sastra Indonesia tidak terlepas dengan situasi masyarakat pada waktu itu. Pertumbuhan para sastrawan juga dipengaruhi oleh keadaan serta kondisi sosial masyarakat.
            Bangsa Indonesia yang mengalami penjajahan dari bangsa asing turut mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan karya sastra dan sastrawan yang ada. Bentuk karya sastra yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh bangsa asing yang menjajah bangsa Indonesia.
            Di kalangan sastrawan Indonesia terjadi periodisasi karya sastra yang dihasilkan dengan melihat rentang waktu saat karya sastra itu dihasilkan. Selain itu juga dibedakan atas bentuk dan isi karya sastra yang dihasilkan para sastrawan di Indonesia.
            Akan tetapi di kalangan sastrawan dan ahli sastra lainnya terdapat perbedaan dalam hal periodisasi karya sastra di Indonesia. Adanya perbedaan tersebut diakibatkan adanya perbedaan dalam hal sudut pandang karya sastra dan sastrawan yang ada pada periodenya masing-masing. Ada sastrawan yang masuk pada beberapa periode sekaligus dikarenakan sastrawan tersebut memang hidup pada beberapa zaman.

B. Tujuan Penulisan Makalah
            Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui perkembangan sastra Indonesia pada beberapa periode.
2.      Untuk mengetahui karakteristik dan sejarah sastra Indonesia pada periode 1933-1970.

BAB II
PERKEMBANGAN SEJARAH SASTRA INDONESIA
TAHUN 1933-1970


A. Periode 1942 (Zaman Jepang)
            Pada masa ini bangsa Indonesia merasa agak lega hidup, sebab Jepang telah memberikan janji-janji yang menyenangkan. Pada tahun 1943 Jepang mengumpulkan para pengarang dan seniman agar mau menciptakan karya sastra yang bersifat membangkitkan semangat yang berisi propaganda. Para pengarang dan seniman itu berkumpul dalam suatu wadah yang diberi nama Kuimin Bunka Shidoseko.
            Karya sastra pada masa ini memiliki dua corak yaitu karya sastra dan pengarangnya resmi dibawah naungan Pusat Kebudayaan Jepang dengan istilah kompromis. Mereka mencipta sesuai dengan batas-batas yang ditentukan oleh Pusat Kebudayaan Jepang. Sastrawan ini kelihatan kehilangan pegangan, tetapi mereka mencari jalan baru untuk mengatakan sesuatu cara yang tidak berbahaya tetapi cita-cita terkabul. Dengan melalui cara ini banyak karya sastra yang bercorak simbolik.
            Pengarang-pengarang dan karya-karyanya yang timbul pada masa Jepang adalah :
a.    Usmar Ismail karyanya Kita Berjuang, Diserang Rasa Merdeka, Api, Citra dan Liburan Seniman.
b.    Rosihan Anwar karyanya berupa puisi berjudul Lukisan Kepada Prajurit.
c.    Maria Amin karyanya Tinjaulah Dunia Sana, Dengarlah keLuhan Pohon Mangga, Penuh Rahasia.
Pada tanggal 25-29 Juni 1938 terselenggaralah Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Hal yang dibahas dalam kongres diantaranya a) sejarah bangsa Indonesia oleh Sanusi Pane, b) bahasa Indonesia dalam pergaulan oleh KH. Dewantara, c) bahasa Indonesia dalam persuratkabaran oleh Jamaludin, d) menyesuaikan kata dan faham asing kepada bangsa Indonesia oleh Amir Syarifudin, e) bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa kebudayaan oleh Muh Yamin, f) bahasa Indonesia dalam Badan Perwakilan oleh Sukardjo Wirjopranoto, g) pembaharuan bahasa dan usaha mengaturnya oleh St. Takdir Alisjahbana. 

B. Zaman Periode 1945       
            Rosihan Anwar memberikan nama kepada para sastrawan yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia diantaranya Chairil Anwar, Idrus, Asrul Sani, Usmar Ismail dan lain-lain dengan sebutan Angkatan 45. Patokan yang digunakan oleh angkatan 45 adalah :
a.       Wujud pernyataan lebih dipentingkan
b.      Kepribadian seseorang hendaknya menjadi pegangan dan ukuran nilai mencipta
c.       Nilai-nilai baru harus ditempatkan setelah nilai-nilai lama dihancurkan
d.      Pencipta harus mempunyai kebebasan penuh dalam penciptaan karangannya
e.       Tekanan difokuskan kepada kebudayaan dunia harus bersifat universal
Yang menjadi pelopor dalam bidang puisi pada zaman angkatan 45 ini adalah Chairil Anwar, sedangkan yang menjadi pelopor dalam bidang prosa adalah Idrus. Karya sastra angkatan 45 mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya :
a.       Bentuknya agak bebas dari angkatan lain
b.      Isinya lebih dominan bercorak realita
c.       Jika perlu, bentuk harus tunduk kepada puisi
d.      Isi yang lebih dipentingkan bukan kulitnya
Menurut sumber yang ada, latar belakang lahirnya angkatan 45 adalah karena masyarakat Indonesia pada zaman itu sama sekali belum memiliki pengalaman menjadi sebuah bangsa yang merdeka. Sementara itu, pengalaman masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang terjajah demikian lama dan mendalam.
Menurut Usman Efendi, angkatan 45 adalah aliran modern dalam kesusastraan yang karena dorongan hendak sebebas-bebasnya, memberikan keleluasaan yang tidak terbatas kepada pengarang untuk mencipta dengan sesuka hatinya lepas dari segala yang mengikat.
Pengarang dengan karyanya yang lahir pada masa angkatan 45 ini adalah :
a.       Chairil Anwar salah satu karyanya yaitu sajak Kerikil Tajam, Deru Campur Debu, Kerawang Bekasi.
b.      Idrus salah satu karyanya yaitu Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Surabaya, Aki.
c.       Asrul Sani, salah satu karyanya yaitu Panen, Museum, Elang Laut.
d.      Sitor Situmorang, salah satu karyanya yaitu Bunga, Jalan Mutiara, Surat Kertas Hijau.
e.       Muhammad Ali salah satu karyanya 5 Tragedi, Si Gila.
f.       Toto Sudarto Bachtiar, karyanya yaitu Malam Laut, Pahlawan Tak Dikenal.
g.      Usmar Ismail, karyanya yaitu Asoka Mala Dewi, Ayahku Pulang.

C. Periode Tahun 1950
            Periode ini bukan hanya sebagai pengekor dari angkatan 45, tetapi sudah merupakan survival atau penyelamat setelah mengalami masa-masa kegoncangan. Ciri-ciri sastra pada zaman angkatan 50 antara lain :
1.      Puisi kegiatan sastra telah meluas ke pelosok Indonesia, tidak hanya terpusat di Jakarta atau Yogyakarta.
2.      Kebudayaan daerah lebih banyak diungkapkan demi mencapai perwujudan sastra nasional Indonesia.
3.      Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan pada kekuasaan asing, akan tetapi kepada peleburan antara ilmu dengan pengetahuan asing dengan berdasarkan kepada perasaan dan ukuran nasional.
Nama angkatan 50 dikemukakan pertama kali oleh Rendra dan kawan-kawan dari Yogya, pada akhir tahun 1953. Rendra dan kawan-kawan memberi nama angkatan 50 bagi para sastrawan yang mulai menulis pada tahun 1950an. Nama angkatan 50 sebagaimana dikemukakan oleh Rendra,tidaklah popular dan kemudian dilupakan orang.
Dibandingkan karya sastra angkatan 45, kuatnya unsur tradisi dan kebudayaan daerah pada angkatan 50 sangat besar dan mencolok. Hal ini misalnya terlihat pada cerpen SM Ardan berjudul “Pawai Di Bawah Bulan”. Para sastrawan yang karyanya yang muncul pada zaman angkatan 50 :
1.      Ajip Rosidi karyanya antara lain Tahun-Tahun Kematian, Pesta, Di Tengah Keluarga.
2.      A.A.Navis karyanya antara lain Robohnya Surau Kami, Kemarau.
3.      Trisnoyuwono karyanya antara lain Laki-laki dan Mesiu, Kisah-Kisah Revolusi.
4.      Subagjo Sastrowardojo karyanya antara lain Kejantanan di Sumbing, Kisah, Simponi.
5.      W.S. Rendra karyanya antara lain Sekda, Dunia Azwar, Bipbop.

D.  Angkatan 66
Angkatan 66 pertama kali diperkenalkan oleh HB Jassin dalam majalah Horison yang bertajuk Angkatan 66 Bangkitnya Satu Generasi. Yang termasuk angkatan 66 menurut HB Jassin mereka yang tatkala tahun 1945 masih berumur kira-kira 6 tahun dan baru masuk sekolah rakyat, jadi mereka yang tahun 66 kira-kira berumur 25 tahun.
Yang termasuk angkatan 66 diantaranya Ajip Rosidi, Rendra, Yusch Ananda, Bastari Asnin, Hartoyo Andangdjaja, Mansur Samin, Saribi Afin, Goenawan Mohamad, Taufik Ismail, Navis, Soewardi Idris, Djamil Suherman, Bokor Hutasuhut.
Ciri-ciri karya sastra 60-an dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama tahun 1960 sebelum 1966, dan kelompok kedua tahun 1966-1970. Pada masa tahun 1960 sebelum 1966 merupakan masa kejayaan para pengarang Lekra yang bernaung di bawah panji PKI. Masa 66-70 didominasi oleh karya-karya yang beraliran realisme sosial kanan. Pada masa ini karya sastra lebih banyak dikenal adalah karya sastra yang berbentuk puisi, terutama puisi demonstrasi atau protes sosial. 
Latar belakang yang melahirkan angkatan 66 menurut buku Bahasa Indonesia KPG paket A Jilid 3 adalah :
1.      Perkembangan politik yang menghasilkan  penyelewengan oleh pihak pimpinan rakyat
2.      Merajalelanya korupsi para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan
3.      Dilakukannya kekejaman dan penangkapan terhadap orang yang berani mengkritik terhadap pihak penguasa

Zaman ini melahirkan bentuk sajak bebas dan cerpen yang bercirikan :
1.      Bahasanya mempergunakan yang panjang-panjang tetapi jelas artinya.
2.      Isinya bertemakan protes terhadap pemimpin yang telah lupa daratan
3.      Temanya mengingatkan pemimpin rakyat akan penderitaan yang mencekik rakyat kecil
4.      Melahirkan seni baru berbentuk pembacaan sajak dengan suara dan pelaguan yang tepat.

Beberapa pengarang angkatan 66 dan karyanya diantaranya :
1.      Ajip Rosidi karyanya Tahun-tahun Kematian, Di Tengah Keluarga, Sebuah Rumah buat Hari Tua dan Perjalanan Pengantin.
2.      Muhammad Ali karyanya 58 Tragedi, Hitam Atas Putih.
3.      Toto Sudarto Bachtiar karyanya Suara, Etsa.
4.      Alexander Leo karyanya Orang yang kembali.
5.      NH. Dini karyanya Dua Dunia, Hati yang Damai.
6.      Toha Muchtar karyanya Daerah Tak Bertuan, Pulang.


BAB III
KESIMPULAN



            Sastra angkatan 45 adalah aliran modern dalam kesusastraan yang karena dorongan hendak sebebas-bebasnya, memberikan keleluasaan yang tidak terbatas kepada pengarang untuk mencipta dengan sesuka hatinya lepas dari segala yang mengikat. Nama angkatan 50 dikemukakan pertama kali oleh Rendra dan kawan-kawan dari Yogya, pada akhir tahun 1953. Rendra dan kawan-kawan memberi nama angkatan 50 bagi para sastrawan yang mulai menulis pada tahun 1950an. Nama angkatan 50 sebagaimana dikemukakan oleh Rendra, tidaklah popular dan kemudian dilupakan orang.
            Ciri-ciri karya sastra 60-an dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama tahun 1960 sebelum 1966, dan kelompok kedua tahun 1966-1970. Pada masa tahun 1960 sebelum 1966 merupakan masa kejayaan para pengarang Lekra yang bernaung di bawah panji PKI. Masa 66-70 didominasi oleh karya-karya yang beraliran realisme sosial kanan. Pada masa ini karya sastra lebih banyak dikenal adalah karya sastra yang berbentuk puisi, terutama puisi demonstrasi atau protes sosial.







0 komentar:

Posting Komentar