Selasa, 31 Januari 2017

Terbaru 2020 - Teori Perkembangan Perilaku Sosial

Resep Masakan Terbaru


Menurut Bandura (Crain, 2007:301)  bahwa di dalam situasi sosial kita belajar menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru. Schneider, Minet, dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan:
1.        Sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan  yang berasal dari dalam diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri.
2.        Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada di seluruh dunia.

Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai–nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi.
           




Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan perilaku sosial adalah Vygotsky (1896- 1934) dengan teori sosial historisnya yang memadukan dua garis utama perkembangan dengan garis alamiah yang muncul dari dalam diri manusia dan garis sosial  historis  yang mempengaruhi manusia sejak kecil tanpa bisa dihindari. Tokoh teori perkembangan perilaku sosial berikutnya adalah Erikson dengan teori 8 tahapan psikososial individu yang dalam hal ini penulis hanya akan menuliskannya 1 tahap saja yaitu tahap ke 3 sesuai dengan pembahasan tahapan perkembangan usia    3–4 tahun. Menurut Erikson (Papalia : 2008: 41 ) anak usia  3 sampai 6 tahun berada dalam tahapan inisiatif versus perasaan bersalah. Pada usia ini anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktifitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh perasaan bersalah.

Terbaru 2020 - Kemampuan Dasar Anak Usia Dini

Resep Masakan Terbaru


          Menurut Piaget anak usia dini mengalami perkembangan kognitif dalam empat tahap yaitu : (1) tahap sensorimotorik (lahir – 2 tahun), (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional konkrit (7-11 tahun), dan (4) tahap operasional formal (11-16 tahun). Semua anak akan melalui keempat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya (Wahyudin dan Agustin, 2010:2).
          Anak dipahami secara utuh sebagai pribadi yang berinteraksi dengan lingkungannya. Anak tumbuh kembang melalui partisipasi aktif dalam lingkungan sosio-kultural. Tumbuh kembang secara kualitatif sungguh terjadi secara historis atau melintasi waktu, bertahap berkelanjutan dalam interaksi yang terus-menerus dengan situasi sosial yang juga terus berubah (Nusa Putra dan Dwilestari, 2012:103).
          Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1)   Anak-anak pada usia tersebut menunjukkan perilaku yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak kasar pada saat-saat tertentu.
2)   Anak mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih sulit untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan.
3)   Pada suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan dapat bekerja sama dengan teman dan orang lain tetapi pada saat yang lain mereka menjadi anak yang pengatur dan penuntut.
4)   Anak mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali terlihat berbicara sendiri dengan suara keras ketika mereka memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan, serta
5)   Secara fisik, anak memiliki tenaga yang besar tetapi rentang konsentrasinya pendek sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.
             Anak yang berada pada usia 3-4 tahun apabila ditinjau dari klasifikasi usianya maka termasuk kategori anak yang berada pada masa usia dini. Anak yang tidak mendapatkan lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak/tidak mendapatkan stimulasi psikososial akan mengalami keterlambatan perkembangannya. Rangsangan stimulasi pendidikan harus diberikan untuk membantu anak mencapai tahapan perkembangan.

Terbaru 2020 - Rasa Takut Anak

Resep Masakan Terbaru

Rasa takut merupakan suatu tanggapan emosi terhadap ancaman, bahkan beberapa ahli psikologi menyatakan bahwa rasa takut merupakan emosi dasar yang sejajar dengan kesedihan, kemarahan dan juga kebahagian. Sehingga memiliki rasa takut dinilai wajar asalkan tidak berlebihan karena pada dasarnya rasa takut dapat diatasi dengan menjalin hubungan dan dukungan dari orang terdekat. Pada anak anak rasa takut dapat terjadi dapat muncul dari perkembangan interaksi dan lingkungan. Ketakutan yang dialami oleh anak anda akan memiliki rasa tidak nyaman, khawatir dan kepanikan. Pada umunya ketakutan yang dialami oleh anak lebih berbentuk ketakutan pada perpisahan atau orang baru dikenalnya. Bagi anda sebagai orang tua sebaiknya membekali anak anda dalam cara mengatasi ketakutan yang dialaminya.
Jenis ketakutan yang sering kali terjadi pada anak adalah takut perpisahan, takut orang baru, takut kegelapan, takut mandi dll. Adapun bagi anda sebagai orang tua perlu anda ketahui bahwa ketakutan pada anak disebabkan oleh beberapa hal baik secara fisik maupun psikis, ancaman, ketidaknyamanan seperti suntikan atau pada anak diatas usia 4 tahun telah memiliki fantasi sendiri, salah satunya adalah objek bayangan yang ditakutinya seperti monster. Adapun bagi anda sebagai orang tua dapat mengatasi rasa takut pada anak anda dengan cara cara berikut :
1.    Menjelaskan ketakutan yang dialaminya
Beberapa anak anak memiliki rasa takut pada orang yang baru dikenalnya, ketakutan ini apabila dibiarkan akan menutup interaksi pada anak anda. Sehingga anda sebagai orang tua dapat menjelaskan ketakutan yang diamalami oleh anak anda, pada dasarnya rasa takut dimiliki oleh semua orang termasuk orang dewasa akan tetapi orang dewaa memiliki rasa takut yang berbeda sedangkan pada anak anak rasa takut sebenarnya tidak ada atau tidak menakutkan pada objek atau lingkungan tertentu. Hal ini akan membantu anak anda dalam menempatkan rasa takut yang masuk diakal.
2.    Membutuhkan waktu
Anak anda tidak akan sekaligus dapat mengatasinya sehingga anda dapat memberikan waktu untuk beradaptasi pada objek dan lingkungan yang dianggapnya takut. Anda dapat bersantai dalam mengatasi rasa rakut anak anda. Dengan penjelasan dari anda, anak anda akan mengurangi rasa takut yang dimilikinya.
3.    Perbanyak aktifitas yang melibatkan orang lain
Salah satu sumber ketakutan yang dialami oleh anak anak adalah ketakutan berpisah dengan orang tuanya, sehingga bagi anda yang akan meninggalkan anak anda dengan orang lain sebaiknya anda berikan penjelasan sebelum anda pergi meskipun anak anda akhirnya akan menangis. Hal ini untuk memberikan ruang kenyamanan ketika anak anda melakukan aktifitas yang melibatkan orang lain, sertakan beberapa kata yang menjelaskan bahwa anda akan kembali untuk bersamanya.
4.    Hindari menertawakan reaksi takut
Bagi anda yang meremehkan ketakutan anak akan berimbas buruk pada perkembangan mental anak anda. Hal ini berkaitan dengan rasa takut yang dialaminya merupakan ancaman yang nyata dialami oleh anak anda sehingga membutuhkan cara untuk mengatasinya meskipun demikian hindari cara yang bersemangat dalam menangani rasa takut pada anak anda.
5.    Hindari membicarakan rasa takut anak pada orang lain
Sebaiknya anda menghindari untuk mengolok ngolok pada anak anda. Pada usia anak anak dengan cara seperti itu akan membuatnya tidak percaya diri sehingga perkembangannya dalam memunculkan keberanian dalam diri akan sulit.

Setiap anak pasti mengalami ketakutan, kekhawatiran atau kecemasan sebagai bagian dari perkembangan yang normal, tetapi beberapa anak menderita anxiety disorders, yaitu kecemasan yang berlebihan dan sangat melelahkan.
Barlow (2002) mendefinisikan kecemasan (anxiety) sebagai karakteristik suasana hati (mood) yang dipengaruhi oleh emosi negatif yang kuat dan gejala fisik ketika anak mengantisipasi bahaya yang akan datang atau kesulitan dengan penuh rasa kekhawatiran (Mash & Wolfe, 2010).
Dua kunci utama kecemasan adalah emosi negatif yang kuat dan ketakutan. Anak yang mengalami kecemasan yang berlebihan dikatakan sebagai anxiety disorders, yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Faktanya, kecemasan merupakan hal yang normal dan diharapkan pada usia dan situasi tertentu. Misalnya anak usia 1 tahun merasa khawatir ketika berpisah dengan ibunya, kemudian perasaan cemas ketika akan melakukan hal yang penting seperti menghadapi ujian. Tetapi kecemasan akan menjadi masalah ketika berlebihan. Kecemasan yang tidak terkontrol dan berlebihan dapat melelahkan anak. Walaupun anak tahu bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, anak akan tetap merasa takut dan melakukan apa saja untuk menghindari situasi tersebut.
Kecemasan melibatkan reaksi terhadap bahaya atau gangguan, reaksi ini dikenal sebagai fight/flight response. Fight response adalah menghadapi bahaya tersebut. Sedangkan flight response adalah menghindari bahaya tersebut.
Gejala-gejala kecemasan dapat dilihat melalui 3 sistem yang saling berkaitan, yaitu: fisik, kognitif dan tingkah laku. Misalnya secara fisik, meningkatnya jumlah keringat, mual, dan sebagainya. Kemudian secara kognitif, misalnya timbul pikiran negatif seperti ketakutan akan disakiti atau terluka dan sebagainya. Sedangkan secara tingkah laku misalnya dengan menangis atau berteriak, menggigit kuku, dan sebagainya.
      Penting untuk membedakan kecemasan dengan 2 bentuk emosi yang hampir sama yaitu takut dan panik. Takut merupakan tanda reaksi yang langsung muncul ketika ada bahaya atau keadaan darurat, reaksi emosi yang berorientasi pada saat ini. Sedangkan kecemasan adalah reaksi emosi yang berorientasi pada masa yang akan datang yang memiliki karakteristik akan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi. Sedangkan panik adalah kumpulan gejala fisik dari fight/flight response yang tidak diharapkan pada bahaya atau ancaman yang tidak ada.



Terbaru 2020 - Media Gambar

Resep Masakan Terbaru


Ada beberapa konsep mengenai definisi media pengajaran. Menurut Gerlach (dalam Sanjaya, 2006:161) secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kodisi yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Sudjana (2007,2) manfaat media pengajaran dalam proses belajar antara lain :
a.     Pengajaran akan lebih menarik perhatian anak didik sehingga dapat      menumbuhnya motivasi belajar.
b.     Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih   dipahami oleh para anak didik, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran.
c.     Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga anak didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
d.     Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
      Sedangkan menurut Usman (2008:32), media pendidikan mempunyai manfaat sebagai berikut: (a) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir. Oleh karena itu, mengurangi verbalisme, (b) memperbesar perhatian siswa, (c) membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan, (d) memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan para anak didik, (e) menumbuhkan pemikiran yang teraturdan bersambung, (f) membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
      Gambar merupakan media untuk berkomunikasi dengan orang lain. Gambar berfungsi sebagai stimulasi munculnya ide, pikiran maupun gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya mendorong anak untuk berbuat, mengikuti pola berpikir seperti gambar atau justru muncul ide baru dan menggugah rasa (Pamadhi, 2008:2.8).
      Dalam proses belajar mengajar gambar yang digunakan mampu membantu apa yang akan dijelaskas oleh guru, memliki kualitas yang baik, dalam arti, dalam arti memiliki tujuan yang relevan, jelas, mengadung kebenaran, autentik, aktual, lengkap, sederhana, menarik, dan memberikan sugesti terhadap kebenaran itu sendiri. Menurut Sadiman (2011, 31-33) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pengajaran:
a.     Autentik. Gambar tersebut secara jujur melukiskan situasi seperti kalau    orang melihat benda sebenarnya.
b.     Sederhana. Komponen gambar hendaknya cukup jelas dan menunjukkan poin-poin pokok pembelajaran.
c.     Ukuran relatif. Gambar dapat memperbesar atau memperkecil obyek/benda sebenarnya.
d.     Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan.
e.     Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar/foto karya siswa sering sekali lebih baik.
f.     Tidak semua gambar yang bagus adalah media yang baik. Gambar hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
      Menurut Pamadhi (2008:2.9) manfaat gambar bagi anak adalah sebagai berikut: (a) alat untuk mengutarakan (berekspresi) isi hati, pendapat maupun gagasannya, (b) media bermain fantasi, imajinasi dan sekaligus sublimasi, (c) stimulasi bentuk ketika lupa, atau untuk menumbuhkan gagasan baru, (d) alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi.
      Media pendidikan sangat berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan secara sistematis. Media sendiri adalah orang, benda atau kejadian yang menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Salah satu media yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah kartu gambar. Media kartu gambar adalah media yang berupa kertas tebal yang berbentuk persegi dengan disertai gambar baik berupa gambar orang, hewan tumbuhan dan lain sebagainya.

Terbaru 2020 - Membaca

Resep Masakan Terbaru


    Retorika adalah kiat yang didasarkan atas nengetahuan  yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan. Berbahasa merupakan kegiatan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Membaca merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi, 2007:4).
    Agar dapat membaca secara efektif dan efisien, seorang pembaca harus dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat menggunakan keduanya dengan tepat dan benar jika pembaca mempunyai kiat dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model membaca, metode membaca, dan teknik membaca sesuai kebutuhan.
Model-model membaca tidaklah muncul secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan kerja keras dari para ahli yang mengkajinya dalam waktu yang relatif lama. Dalam menghasilkan suatu model membaca ada suatu tata kerja tersendiri yang harus ditempuh melalui penelitian. Cara menghasilkan model membaca dilakukannya secara profesional yang bersifat teknik. Berikut merupakan pendekatan membaca menurut Haryadi (2007:12-16):
a. Pendekatan Taksonomik
Pendekatan taksonomik dikembangkan oleh Gray. Ia berpendapat bahwa dalam membaca diperlukan empat ketrampilan, yaitu mengenal kata, komprehensif, reaksi, dan asimilasi (Dechant dan Smith, 1977:15). Awal mula membaca merupakan kegiatan pengenalan simbol-simbol dilakukan pembaca dalam bentuk penyandian kembali simbol tulis yang berbentuk kata secara mekanik
b. Pendekatan Psikologis
    Pendekatan psikologis terdiri atas dua, yaitu:
1.    Pendekatan behavioral, dipelopori oleh Skinner. Pendekatan ini berpandangan bahwa belajar bahasa dapat dikendalikan oleh luar. Seseorang dikatakan belajar kalau mendapat stimulus atau rangsangan dari luar, kemudian dari rangsangan tersebut menghasilkan respon dari orang yang belajar. Menurut pandangan behavioral, ketrampilan membaca merupakan hasil proses membaca yang diperoleh dari hubungan antara rangsangan dan reaksi yang dikenal dengan sebutan S-R yaitu stimulus dan respons.
2.   Pendekatan kognitif, dipelopori oleh piaget. Menurut pandangan kognitif, membaca tidaklah sekedar memperoleh rangsangan simbol-simbol tertulis melalui mata, tetapi yang lebih penting adalah memproses rabgsangan tersebut di dalam otak.
3.   Pendekatan Proses Informasi. Tokoh yang dikenal dalam pendekatan proses informasi adalag Smith. Ia menyatakan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu proses informasi. Pendekatan ini berprinsip bahwa membaca adalah aktivitas komunikasi yang memungkinkan informasi ditrasformasi dari penulis kepada pembaca.
4.   Pendekatan Psikomotorik. Pendekatan ini dikembangkan oleh Holmes dan Singer . Kegunaan dari pendekatan ini dalam membaca adalah sebagai pengukur tingkat kenyaringan dan kecepatan baca yang dilakukan pembaca.
c.  Pendekatan Linguistik. Pendekatan ini dikembangkan dalam dua periode yaitu:
1)     Bloomfield, Fries, dan lefevre. Bloomfield berpendapat bahwa
membaca merupakan hubungan teratur antara sistem tulisan dan ujaran. Fries mengatakan bahwa membaca merupakan hubungan antara bunyi-bunyi bahasa dengan huruf. Sedangkan Lefevre menekankan faktor kebahasaan dalam membaca, baik yang berkaitan dengan tuturan kata maupun hubungan antara kata dan kata dalam menghasilkan kalimat.
2)     Muncul teori baru yang disebut teori trasformasi. Diperkenalkan oleh Chomsky yang kemudian dilanjutkan oleh Halle, Goodman, dan Ruddel. Teori transformasi menekankan perbedaan antara struktur luar dan struktur dalam. Yang dimaksud struktur luar membaca adalah bunyi-bunyi atau simbol-simbol tulisan, sedangkan struktur dalam membaca adalah makna sintaktik dan interpretasi semantik (penafsiran makna bacaan).Menurut Depdiknas (2007 : 3) kemampuan membaca ditentukan oleh perkembangan bahasa.

3)     Perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 4-6 tahun ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut: (a) mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi, (b) memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan,kata tanya, dan kata sambung, (c) menunjukkan pengertian, dan pemahaman tentang sesuatu, (d) mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana (e) mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar. Secara umum melalui kegiatan awal membaca dalam perkembangan berbahasa diharapkan anak dapat membentuk perilaku membaca, mengembangkan beberapa kemampuan sederhana dan keterampilan pemahaman dan mengembangkan kesadaran huruf.

Terbaru 2020 - Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Resep Masakan Terbaru


          Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena tiu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi menjadi dua periode, yaitu, periode Prelinguistik dan periode Linguistik. Periode Linguistik inilah anak mulai mengucapkan kata-kata pertama.
Menurut Sumantri (2008:2.30-2.31) periode linguistic terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
a. Fase satu kata atau Holofrase
    Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk  menyatakan pikiran   yang kompleks, baik berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
b. Fase lebih dari satu kata
    Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya. Orang tua mulai melakukan Tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimat sederhana.
               c. Fase diferensiasi
    Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengungkapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja.
    Menurut Brewer dalam Suyanto (2005:73) perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak variasinya diantara anak yang satu dengan anak yang lain, dengan tujuan mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi. Kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dari menangis untuk mengekspresiakan responnya terhadap bermacam-macam stimuli. Anak mulai memerang (cooing), yaitu melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara berulang-ulang, seperti suara burung yang sedang berkicau. Anak pada umumnya belajar nama-nama benda sebelum kata-kata lain.
    Berikut adalah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi menurut Depdiknas (2007:5), antara lain adalah:
a.     Keterampilan berbahasa, dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, mendeskripsikan, melaporkan kejadian, menyatakan suka/tidak, meminta ijin, bantuan, mengemukakan alas an, memerintah atau menolak sesuatu.
b.     Keterampilan mendengar, dapat ditujukan oleh anak dalam perilaku: mendengarkan perintah, mendengarkan pertanyaan, mendengarkan orang yang sedang bercerita dan mendengarkan orang yang sedang member petunjuk.
c.     Keterampilan berbicara, dapat ditujukan oleh anak dalam perilaku: mengembangkan keterampilan bertanya, menyiapkan kegiatan yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggunakan berbagai kegiatan yang bervariasi.

d.     Keterampilan membaca, adalah kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan).

Terbaru 2020 - Minat

Resep Masakan Terbaru


          Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu melihat sesuatu akan menguntungkan mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasaan. Bila kepuasaan berkurang, minat pun berkurang. Setiap minat memuaskan kebutuhan dalam kehidupan anak, walaupun kebutuhan ini mungkin tidak segera tampak bagi orang dewasa. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut (Hurlock. 1978:114).
          Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang  (www1.bpkpenabur. or.id/jurnal/04/017-035.pdf).
          Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan
usaha yang gigih, serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi
tantangan. Jika seorang anak memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat
dapat mengerti dan mengingatnya.
          Berikut merupakan ciri-ciri minat anak menurut Hurlock (1978, 115), antara lain adalah sebagai berikut : (a) minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik, (b) minat bergantung pada kesiapan belajar, (c) minat bergantung pada kesempatan belajar, (d) perkembangan minat mungkin terbatas, (e) minat dipengaruhi pengaruh budaya, (f) minat itu egosentris.
Peserta didik akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar peserta didik merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi siswa. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa menurut Sanjaya (2006 : 28-29), diantaranya: (a) hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan peserta didik, (b) sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa, (c) ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, (d) berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa, (e) berikan penilaian, (f) berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif, (g) ciptakan persaingan dan kerja sama. Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.

          Menurut Usman (2008:27) kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yag relatif menetap pada diri seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh minat terhadap terhadap kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Pada hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat terhadap belajar.

Terbaru 2020 - Seni Tari Tradisional

Resep Masakan Terbaru


a. Pengertian Seni Tari Tradisional
Seni Tari Tradisional dapat diartikan sebagai : salah satu budaya yang sangat lama dan tidak peka oleh zaman yang hidup dan berkembang pada masyarakat tertentu sejak zaman dahulu sampai sekarang merupakan satu wujud ekspresi manusia terhadap lingkungan dan kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang ada dalam tradisi masyarakat dapat di tuangkan dalam keindahan tarian. (Soeryodiningrat, 1986 : 2).
Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan (Haukins, 1990 : 2).
b. Tujuan dan Fungsi
Adapun tujuan dan fungsi dari seni tari adalah mengembangkan kelenturan tubuh anak dalam menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot, dan terjadinya koordinasi tangan dan kaki sebagai persiapan untuk menari (Campbell dan Dickinson, 2002 : 77-96). Sejalan dengan itu di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bidang pengembangan kemampuan dasar yaitu fisik dapat dilihat dari hasil belajar anak yaitu : dapat menggerakkan kelenturan tangan dan kakinya serta pinggang dan punggungnya untuk kelenturan otot tubuhnya.
c. Langkah-Langkah Latihan Menari Seni Tari Tradisional
Adapun langkah-langkah latihan seni tari tradisional dalam latihan menari yaitu: a. Menyiapkan media pembelajaran atau bahan ajar yang akan disampaikan atau dilatih. b. Mengatur pembagian kelompok. c. Memberikan materi atau contoh gerak untuk menari. d. Demonstrasi. e. Melaksanakan evaluasi. d. Kegiatan yang dilakukan anak saat belajar menari

1. Anak mengikuti langkah kaki yang dicontohkan.
2. Anak melentikkan jari.
3. Anak menggerakkan kaki ke depan dan ke samping.
4. Anak menggoyangkan pinggul.
5. Anak bergerak sesuai dengan gerak yang diberikan oleh guru secara keseluruhan.

B. Meningkatkan Kelenturan Tubuh Anak Melalui Latihan Menari Tari Tradisional
a. Pengertian Menari
Menari adalah suatu kegiatan menggerakkan badan dengan berirama yang diiringi dengan bunyi-bunyian atau musik (Enoch Atmadibrata, 1979 : 8). Kemampuan menari yang dimiliki oleh seorang dipengaruhi oleh bakat dan pengalaman, keterampilan menari diberikan kepada anak yang mempunyai bakat ataupun tidak yang penting mereka memiliki minat dan motivasi untuk menari. Dengan demikian menari bukanlah sekedar menggerakkan badan melainkan merupakan upaya untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu. Kegiatan menari di TK harus memperhatikan kesiapan dan kematangan anak, karena kegiatan tersebut dapat dilakukan jika perkembangan kelenturan tubuh anak telah matang dimana dapat terlihat dari kemampuan anak dalam menari.
Ada dua kemampuan yang diperlukan anak dalam menari yaitu kemampuan dalam menirukan gerak dan kemampuan anak dalam mengekspresikan gerak. Berdasarkan pengertian menari di atas dalam penelitian ini menari yang dimaksud adalah bergerak dengan irama dengan kelenturan tubuh yang maksimal dengan tingkatan usia anak sebagai subjek penelitian.
b. Tahapan Kemampuan Menari
Ada 2 tahapan dalam kemampuan menari (Soedarsono, 1978) sebagai berikut : 1. Olah tubuh dasar, yaitu tahapan untuk kelenturan otot tubuh anak, agar terbentuk otot yang elasfisitas, sehingga memudahkan anak bergerak dalam menari. 2. Pengenalan gerak tari, yaitu tahapan melatih gerak tari pada tahap ini anak belajar tentang berbakai bentuk gerak yang akan ditampilkan dalam tarian tersebut.
Keterampilan menari diberikan kepada anak yang mempunyai bakat ataupun tidak yang penting mereka memiliki minat dan motivasi untuk menari. Adapun tujuan pendidikan tari antara lain sebagai berikut : 1. Pendidikan di dalam mengajar keterampilan menari, guru pandai memilih gerakan yang sesuai dengan kemampuan anak. 2. Melatih perasaan, dengan menari diharapkan anak dapat menjiwai tarian tersebut, misalnya gerakan yang gembira ekspresi wajah akan terlihat ceria. 3. Melatih ingatan, untuk dapat membawakan suatu tarian anak perlu hapal gerakan-gerakannya, dengan menghafal suatu tarian daya ingat akan terlatih. 4. Mengembangkan potensi, bagi anak yang mempunyai bakat dalam seni tari, dengan mengikuti pelajaran-pelajaran menari secara kontinyu bakat yang dimiliki anak akan berkembang.
c. Tahapan Kegiatan Kelenturan Tubuh
1. Kegiatan Kelenturan Tubuh
Tujuan dari pengajaran menari adalah keterampilan yaitu mampu bergerak dengan keseimbangan untuk menjaga kekompakan dalam bentuk tarian. Langkah yang harus dilakukan pertama-tama anak harus dapat menari dengan kelenturan otot yang seluas-luasnya. Oleh karena itu, pengajaran menari pada tahap awal dapat difokuskan pada cara latihan melenturkan otot dengan benar. Penguasaan gerak merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan secara berkelanjutan, misalnya dalam bentuk latihan tari, proses belajar pada praktek tari memerlukan suatu latihan yang rutin sehingga dapat melatih kemampuan menyerap pelajaran dan menguasai materi, dalam hubungan itu Saadjaah Edja (1995 : 35) mengungkapkan “Learning is the process by which an activity originate or is change though training to produres” (Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan).
2. Jenis-jenis kesulitan menari

 beberapa jenis kesulitan yang dialami dalam latihan menari awal : a. Salah melangkahkan gerak kaki b. Gerakan terlalu sulit c. Tidak dapat menselaraskan gerak dengan musik d. Gerakan masih kaku, belum elastis e. Keseimbangan gerak tidak kompak f. Tidak memiliki kekuatan gerak g. Gerak terlalau cepat Para pakar menyarankan agar anak dapat diberi latihan untuk menari dengan cara diurutkan berdasarkan proses perkembangan kemampuan menari dengan melatih olah tubuh dan kelenturan otot tubuh. 

Terbaru 2020 - Pola Asuh Orang Tua

Resep Masakan Terbaru

a. Pola Asuh Otoriter (parent oriented)
Ciri-cri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Anak seolah adalah "robot" yang dikendalikan orang tua, sehingga menjadi kurang inisiatif, merasa takut tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan, tetapi disisi lain anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Selain itu, anak yang diasuh dengan pola asuh ini cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan, walaupun terkadang hanya untuk menyenangkan orang tua atau suatu bentuk kedisiplinan dan kepatuhan yang semu. Di belakang orang tua, bisa jadi anak akan menunjukkan perilaku yang berbeda.
b. Pola Asuh Permisif (children centered)
Sifat pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab , maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
c. Pola Asuh Demokratis
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatif, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan anak dan orang tua. 

Terbaru 2020 - seni tari

Resep Masakan Terbaru


 A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga 6 tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, daya pikir, emosional dan sosial yang tepat dan benar agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Pada lembaga ini anak yang masuk PAUD/TK diperkenalkan pada berbagai aktivitas sehingga mereka memiliki kompetensi belajar yang telah ditetapkan, salah satu kompetensi yang diharapkan adalah kemampuan kelenturan tubuh anak dalam Seni Tari Tradisional khususnya Tari Kejai dan Tari Piring melalui latihan menari. Pada anak usia TK, perkembangan kemampuan fisik anak mengalami perkembangan secara pesat dan cepat, proses kemampuan fisik kelenturan tubuh anak berkembang secara pesat dan cepat pada usia TK. Tumbuh kembang kemampuan fisik kelenturan tubuh anak tentunya berhubungan dengan proses perkembangan gerak anak. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini menyangkut pengembangan fisik kelenturan tubuh (flexibility) anak yang berkenaan dengan Latihan Menari untuk anak usia Taman Kanak-Kanak khususnya Tari Tradisional (Tari Kejai dan Tari Piring). Pada dasarnya anak-anak menyukai menari, maka itu untuk mengasah kemampuan fisiknya dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk menari bersama karena menari menuntut keseimbangan keselarasan gerak tubuh, kekuatan dan kelenturan otot tubuh. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas B Taman Kanak-Kanak Izzatul Islam ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kelenturan tubuh yang berkenaan dengan kemampuan menari (menurut Edi Sedyawati, 1979 : 20) yaitu : 1. Anak belum mampu bergerak dengan keseimbangan tubuh dalam menari. 2. Anak belum mampu menselaraskan gerak langkah kaki dengan musik. 3. Anak belum memiliki kekuatan gerak dalam gerak sebenarnya . 4. Anak belum mampu mengembangkan kelenturan otot tubuh dalam menari. Dalam teori tentang Seni Tari (keterampilan gerak) menari sebenarnya bisa diatasi jika guru dapat memahami kemampuan menari yang dimiliki setiap anak dan setiap anak mendapatkan latihan menari sejak dini. Dengan dilatihnya anak dalam kemampuan menari tentunya perkembangan kelenturan otot tubuh anak akan meningkat. Berdasarkan permasalah tersebut, maka penulis ingin meningkatkan kualitas pembelajaran dalam Seni Tari untuk meningkatkan kelenturan tubuh anak di kelas B Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Izzatul Islam. Oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan Penelitian Tindakan Kelas lebih mendalam dengan demikian penulis berharap dengan “Meningkatkan Kelenturan Tubuh Anak Melalui Seni Tari Tradisional di Kelas B Taman Kanak-Kanak Izzatul Islam”. Selain meningkatkan kelenturan tubuh anak juga dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan, yaitu intelektual, bahasa, emosi, fisik-motorik dan keterampilan anak sehingga proses belajar mengajar anak berlangsung tidak membosankan dan menarik bagi anak.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Ruang lingkup atau area kajian yang dapat dijadikan fokus penelitian ini yang berhubungan dengan proses pembelajaran dalam rangka perbaikan strategi pembelajaran kecerdasan kinestetik terutama bidang perkembangan motorik ; kecerdasan kinestetik. Bidang perkembangan motorik perbaikannya difokuskan pada kelenturan tubuh dalam seni tari tradisional. Alasan menggunakan seni tari tradisional selain untuk melenturkan tubuh juga untuk mengenalkan budaya bangsa.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Mengingat luasnya area dan fokus penelitian tentang seni tari tradisional (Tari Kejai dan Tari Piring) pada anak usia dini, maka tidak semua area dan fokus penelitian yang sudah diuraikan di atas akan diteliti disebabkan oleh berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas/PTK (Classroom Action Research) ini membatasi fokus penelitian pada ”Proses Pembelajaran di kelas (Classroom Process) sebagaimana yang sudah diuraikan di atas. Fokus penelitian ini adalah melatih keterampilan gerak untuk meningkatkan kelenturan tubuh anak melalui latihan menari Seni Tari Tradisional. Dipilihnya strategi latihan keterampilan gerak agar dapat mengembangkan kemampuan kelenturan tubuh anak dilandasi dengan alasan yaitu dengan anak sesering mungkin berlatih menari dengan latihan meliukkan badan ke kanan dan ke kiri tujuannya meningkatkan kelenturan pinggang dan lengan. Melatih kelenturan pergelangan kaki dan tangan dengan bimbingan yang benar dan tepat sesuai dengan usia anak serta melatih dan melentingkan tubuh ke belakang ini bertujuan meningkatkan kelenturan pinggang dan punggung dilatih dengan bimbingan yang benar dan tepat. Sesuai dengan keterbatasan penelitian hanya terbatas pada seni tari tradisional khususnya Tari Kejai dan Tari Piring untuk meningkatkan kelenturan tubuh anak ; maka temuan–temuan yang didapati hanya dapat dikaitkan dengan kondisi pembelajaran dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dalam Pelaksanaan Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini yakni di lingkungan anak usia dini Taman Kanak-Kanak Izzatul Islam Lebong.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Bertitik tolak dari pembahasan masalah di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah seni tari tradisonal dapat meningkatkan kelenturan tubuh anak di kelompok B Taman Kanak-Kanak Izzatul Islam Kabupaten Lebong?”.
E. Tujuan Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini merupakan pengamatan pada anak TK Izzatul Islam dalam meningkatkan kelenturan tubuh melalui seni tari tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara menciptakan kelenturan tubuh anak melalui seni tari tradisional dengan latihan menari sehingga tubuh anak dapat menari dengan baik dan benar.
F. Kegunaan Hasil Penelitian Manfaat Penelitian Tindakan Kelas yaitu : a) Manfaat bagi anak didik yaitu : 1. Anak dapat menggerakkan kelenturan tubuh yang dikoordinasikan dengan mata, otak dan perasaan. 2. Anak dapat meselaraskan gerak kaki dengan ritme musik. 3. Anak dapat memiliki kekuatan gerak dalam gerak yang sebenarnya. 4. Anak dapat mengembangkan kelenturan otot tubuh dalam menari. b) Manfaat bagi guru 1. Dengan diadakannya PTK dapat meningkatkan mutu belajar dan pembelajaran di kelas. 2. Sebagai pengalaman guru, dapat mengatasi anak yang memiliki kekurangan dalam menggunakan kemampuan kelenturan tubuh khususnya dalam hal menari. 3. Penelitian ini tentunya sebagai bekal untuk masa yang akan datang dalam menekuni profesi guru dalam bidangnya. c) Manfaat bagi sekolah 1. Dapat meningkatkan mutu pendidikan di TK dalam menghadapi persaingan secara sehat. 2. Dapat meningkatkan keprofesionalan guru dalam dunia pendidikan. 3. Dapat memberikan hal yang positif untuk kemajuan sekolah dalam menghadapi persaingan dalam dunia pendidikan.



BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Seni Tari Tradisional

a. Pengertian Seni Tari Tradisional Seni Tari Tradisional dapat diartikan sebagai : salah satu budaya yang sangat lama dan tidak peka oleh zaman yang hidup dan berkembang pada masyarakat tertentu sejak zaman dahulu sampai sekarang merupakan satu wujud ekspresi manusia terhadap lingkungan dan kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang ada dalam tradisi masyarakat dapat di tuangkan dalam keindahan tarian. (Soeryodiningrat, 1986 : 2). Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan (Haukins, 1990 : 2). b. Tujuan dan Fungsi Adapun tujuan dan fungsi dari seni tari adalah mengembangkan kelenturan tubuh anak dalam menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot, dan terjadinya koordinasi tangan dan kaki sebagai persiapan untuk menari (Campbell dan Dickinson, 2002 : 77-96). Sejalan dengan itu di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bidang pengembangan kemampuan dasar yaitu fisik dapat dilihat dari hasil belajar anak yaitu : dapat menggerakkan kelenturan tangan dan kakinya serta pinggang dan punggungnya untuk kelenturan otot tubuhnya. c. Langkah-Langkah Latihan Menari Seni Tari Tradisional Adapun langkah-langkah latihan seni tari tradisional khususnya Tari Kejai dan Tari Piring dalam latihan menari yaitu: a. Menyiapkan media pembelajaran atau bahan ajar yang akan disampaikan atau dilatih. b. Mengatur pembagian kelompok. c. Memberikan materi atau contoh gerak untuk menari. d. Demonstrasi. e. Melaksanakan evaluasi. d. Kegiatan yang dilakukan anak saat belajar menari 1. Anak mengikuti langkah kaki yang dicontohkan. 2. Anak melentikkan jari. 3. Anak menggerakkan kaki ke depan dan ke samping. 4. Anak menggoyangkan pinggul. 5. Anak bergerak sesuai dengan gerak yang diberikan oleh guru secara keseluruhan. 2. Meningkatkan Kelenturan Tubuh Anak Melalui Latihan Menari Tari Tradisional a. Pengertian Menari Menari adalah suatu kegiatan menggerakkan badan dengan berirama yang diiringi dengan bunyi-bunyian atau musik (Enoch Atmadibrata, 1979 : 8). Kemampuan menari yang dimiliki oleh seorang dipengaruhi oleh bakat dan pengalaman, keterampilan menari diberikan kepada anak yang mempunyai bakat ataupun tidak yang penting mereka memiliki minat dan motivasi untuk menari. Dengan demikian menari bukanlah sekedar menggerakkan badan melainkan merupakan upaya untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu. Kegiatan menari di TK harus memperhatikan kesiapan dan kematangan anak, karena kegiatan tersebut dapat dilakukan jika perkembangan kelenturan tubuh anak telah matang dimana dapat terlihat dari kemampuan anak dalam menari. Ada dua kemampuan yang diperlukan anak dalam menari yaitu kemampuan dalam menirukan gerak dan kemampuan anak dalam mengekspresikan gerak. Berdasarkan pengertian menari di atas dalam penelitian ini menari yang dimaksud adalah bergerak dengan irama dengan kelenturan tubuh yang maksimal dengan tingkatan usia anak sebagai subjek penelitian. b. Tahapan Kemampuan Menari Ada 2 tahapan dalam kemampuan menari (Soedarsono, 1978) sebagai berikut : 1. Olah tubuh dasar, yaitu tahapan untuk kelenturan otot tubuh anak, agar terbentuk otot yang elasfisitas, sehingga memudahkan anak bergerak dalam menari. 2. Pengenalan gerak tari, yaitu tahapan melatih gerak tari pada tahap ini anak belajar tentang berbakai bentuk gerak yang akan ditampilkan dalam tarian tersebut. Keterampilan menari diberikan kepada anak yang mempunyai bakat ataupun tidak yang penting mereka memiliki minat dan motivasi untuk menari. Adapun tujuan pendidikan tari antara lain sebagai berikut : 1. Pendidikan di dalam mengajar keterampilan menari, guru pandai memilih gerakan yang sesuai dengan kemampuan anak. 2. Melatih perasaan, dengan menari diharapkan anak dapat menjiwai tarian tersebut, misalnya gerakan yang gembira ekspresi wajah akan terlihat ceria. 3. Melatih ingatan, untuk dapat membawakan suatu tarian anak perlu hapal gerakan-gerakannya, dengan menghafal suatu tarian daya ingat akan terlatih. 4. Mengembangkan potensi, bagi anak yang mempunyai bakat dalam seni tari, dengan mengikuti pelajaran-pelajaran menari secara kontinyu bakat yang dimiliki anak akan berkembang. c. Tahapan Kegiatan Kelenturan Tubuh 1. Kegiatan Kelenturan Tubuh Tujuan dari pengajaran menari adalah keterampilan yaitu mampu bergerak dengan keseimbangan untuk menjaga kekompakan dalam bentuk tarian. Langkah yang harus dilakukan pertama-tama anak harus dapat menari dengan kelenturan otot yang seluas-luasnya. Oleh karena itu, pengajaran menari pada tahap awal dapat difokuskan pada cara latihan melenturkan otot dengan benar. Penguasaan gerak merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan secara berkelanjutan, misalnya dalam bentuk latihan tari, proses belajar pada praktek tari memerlukan suatu latihan yang rutin sehingga dapat melatih kemampuan menyerap pelajaran dan menguasai materi, dalam hubungan itu Saadjaah Edja (1995 : 35) mengungkapkan “Learning is the process by which an activity originate or is change though training to produres” (Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan). 2. Jenis-jenis kesulitan menari Ada beberapa jenis kesulitan yang dialami dalam latihan menari awal : a. Salah melangkahkan gerak kaki b. Gerakan terlalu sulit c. Tidak dapat menselaraskan gerak dengan musik d. Gerakan masih kaku, belum elastis e. Keseimbangan gerak tidak kompak f. Tidak memiliki kekuatan gerak g. Gerak terlalau cepat Para pakar menyarankan agar anak dapat diberi latihan untuk menari dengan cara diurutkan berdasarkan proses perkembangan kemampuan menari dengan melatih olah tubuh dan kelenturan otot tubuh. 3. Perkembangan Keterampilan Kelenturan Tubuh a. Pengertian Kelenturan Tubuh Perkembangan kelenturan tubuh (Flexibility Development) adalah perubahan secara progresif pada otot dan kemampuan untuk melakukan gerak yang elastis yang diperoleh melalui interaksi antar faktor kematangan (Maturation) dan latihan (Experiences) selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan/ pergerakan yang dilakukan (Santoso, 1986 : 1). Kemampuan bergerak dengan keseimbangan tubuh. 2) Kemampuan menselaraskan gerak langkah kaki dengan musik. 3) Kemampuan dalam memiliki kekuatan gerak dalam gerak sebenarnya. 4) Kemampuan mengembangkan kelenturan otot tubuh (menurut Edi Sedyawati, 1979 : 20). Kelenturan tubuh adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan yang seluas-luasnya (Harsono, 1988). Kelenturan pada tubuh penari sangat diperlukan saat melakukan kegiatan menari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelenturan meliputi antar lain : (a) sifat elastis dari otot, (b) temperatur dingin kelenturan kurang, (c) sesudah melakukan pemanasan, temperatur panas, kelenturan baik dan (d) unsur psikologis takut bosan dan kurang semangat menyebebkan kelenturan berkurang. Pengembangan kelenturan dapat dilakukan dengan latihan secara dinamis, statis atau kombinasi dari keduanya. b. Fungsi dan Tujuan Perkembangan Kelenturan Tubuh Dalam standar kompetensi kurikulum Taman Kanak-kanak (TK) tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahwa, fisik/motorik, serta seni untuk memasuki pendidikan dasar. Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan fisik/motorik, maka para guru Taman Kanak-kanak akan membantu meningkatkan keterampilan fisik anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan motorik kasar dan halus dan meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang jasmani yang kuat, sehat dan terampil. Fungsi pengenalan keterampilan kelenturan tubuh adalah untuk mendukung aspek pengembangan lainnya, yaitu aspek kognitif dan aspek sosial serta aspek seni yang pada hakekatnya setiap pengembangan tidak terpisah satu sama lain. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan gerakan yang dihasilkan dari kemampuan mengontrol otot-otot besar. Kegiatan motorik kasar adalah : berjalan, berlari, melompat, memanjat, menari dan sebagainya. c. Perkembangan Kelenturan Tubuh Dalam pengembangan kelenturan tubuh anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut : 1. Mampu mengembangkan keterampilan kelenturan tubuh yang berhubungan dengan keterampilan gerak tubuh. 2. Mampu mengerakkan anggota tubuh seperti kesiapan menari. 3. Mampu mengkoordinasikan gerak dan ekspresi. 4. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas kelenturan tubuh. 5. Dapat menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot, dan terjadinya koordinasi gerak dan ekspresi sebagai persiapan menari (Hibanas, 2002 : 38). d. Tujuan Perkembangan Kelenturan Tubuh Aktivitas pengembangan keterampilan kelenturan tubuh anak usia Taman Kanak-kanak bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi gerak anak. Koordinasi antara gerak kaki dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan stimulasi misalnya permainan jalan rupa-rupa dan sebagainya. e. Kegiatan Kelenturan Tubuh Perkembangan gerak kelenturan tubuh anak berdasarkan usia perkembangan anak 4-6 tahun menurut Edi Sedyawati (1979 : 31) dapat dikembangkan sebagai berikut : 1. Peregangan otot/pemanasan 2. Melatih otot leher 3. Meliukkan badan ke kanan dan ke kiri 4. Berdiri dengan satu kaki dengan sikap kapal terbang 5. Split 6. Melentingkan tubuh ke belakang 7. Berdiri dengan kedua tangan di pinggang, memiringkan pinggang ke kiri dan ke kanan 8. Meluruskan kedua tangan dengan jari-jari yang saling dikaitkan. 9. Melompat-lompat dengan keseimbangan 10. Berdiri dengan kuda-kuda 11. Berdiri tekuk salah satu lutut kedepan 12. Kedua kaki diinjit 13. Berdiri, tekuk salah satu lutut ke belakang 14. Senam dengan gerakan kreativitas sendiri. G. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif atau Disain-disain Alternatif Intervensi Tindakan yang Dipilih Rancangan alternatif disain intervensi tindakan ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan menyusun rencana tindakan dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan ini direncanakan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti memilih salah satu model yang cocok dengan penelitiannya, yaitu model penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart. Hal ini dilakukan karena penelitian yang dilakukan sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Langkah-langkah penelitian yakni : 1. Observasi (Observing), 2. Aksi atau tindakan (Acting), 3. Refleksi (Reflecting). Langkah ini digunakan untuk merivisi berbagai kelemahan untuk melakukan siklus. Setelah direvisi dilaksanakan kembali pada siklus berikutnya hingga ke siklus 2 dan 3. Selain itu dengan model ini akan memberikan pengalaman bagi guru untuk dapat memperbaiki pembelajaran dan mengetahui kelemahankelemahan yang ditemukan pada setiap siklusnya, agar bisa diperbaiki pada siklus berikutnya, hingga memperoleh hasil yang lebih baik juga bagi anakanak. H. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan Bahasan hasil penelitian yang relevan untuk mendukung penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Kelenturan Tubuh Anak Melalui Seni Tari Tradisional dengan Latihan Keterampilan Gerak Menari di TK Izzatul Islam Kabupaten Lebong” penelitian yang relevan untuk mendukung adalah hasil penelitian yang dilakukan Eti Oktavianis (2010) bahwa dengan perbaikan-perbaikan pada siklus, serta penggunaan media yang menarik dapat memotivasikan dalam merangsang anak untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan judul “Meningkatkan Logika Matematika Anak Melalui Kegiatan 3M (Menggunting, Menempel, Meronce) dengan Tema Kebutuhanku pada Kelompok B1 TK Aisyiyah 1 Kepahiang”. Dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan didapat hasil pada siklus 1 diperoleh mencapai 50,60% menjadi 60,30% pada siklus 2 mengalami peningkatan mencapai 90%. Dari uraian di atas maka penulis mencoba dengan keterampilan gerak untuk meningkatkan kelenturan tubuh anak di kelompok B TK Izzatul Islam Kabupaten Lebong. I. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan Dari acuan teori di atas bagaimana anda meningkatkan kelenturan tubuh anak dengan latihan menari melalui Seni Tari Tradisional pada anak kelas B TK Izzatul Islam Lebong? Dari pengembangan konseptual perencanaan tindakan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan pelaksanaan program di TK dengan kegiatan Seni Tari Tradisional mengacu kepada tema kegiatan, media dan pelaksanaan RKH, dan evaluasi, dapat dilihat di bawah ini. Seni Tari Kelenturan Tubuh Tradisional Perkembangan Motorik Proses Belajar Mengajar Bidang Motorik 

Terbaru 2020 - DAMPAK POLA ASUH TERHADAP ANAK

Resep Masakan Terbaru


Setiap pola asuh yang diterapkan dalam keluarga oleh orangtua mempunyai dampak masing- masing pada psikologi perkembangan anak, baik pola asuh yang positif maupun yang negative. Oleh karena itu alangkah baiknya jika orangtua mengetahui pola asuh yang baik buat anaknya.
diantara banyaknya pola asuh menurut beberapa ahli, kami kan membahas dampak pola asuh menurut Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat macam pola asuh yang dilakukan  orang tua dalam keluarga.

1.      Autokratis (otoriter)
Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Seperti anak harus mematuhi peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak maka anak dianggap pembangkang. seperti dilansir Onlymyhealth.
Dampak pengasuhan otoriter pada anak adalah sebagai berikut:
·         Harga diri
Kemungkinan besar yang terjadi pada anak adalah gagal mengakui individualitas mereka. Akhirnya anak-anak menderita rendah harga diri karena menganggap dirinya tidak berperan penting dan tidak cukup valid menentukan keberadaan mereka di tengah masyarakat.


·         Kepercayaan diri
Anak-anak dengan orangtua otoriter selalu mengambil keputusan sepihak tanpa kompromi dengan anak. Anak pun akan gagal mengakui keinginan karena naluri mereka selalu dikendalikan. Mereka juga tidak percaya akan kemampuan diri mengambil keputusan penting.
·         Kepatuhan
Karena cenderung dibatasi individualitasnya, anak-anak akan selalu mengikuti perintah orangtua tanpa keraguan. Mereka tidak berani bereksperimen dalam menangani situasi. Bahkan tidak mampu berhadapan dengan situasi stres dan tidak bisa mengekspresikan diri.
·         Menang sendiri
Orang tua otoriter selalu menetapkan aturan dan panduan agar anak mengikutinya tanpa mempertanyakan baik dan buruknya. Bila mereka gagal melakukan sesuatu biasanya dikenakan hukuman. Anak-anak pun terbiasa untuk harus unggul dalam kegiatan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat.
·         Kesepian
Sementara orangtua sibuk merumuskan pedoman, anak-anak mulai merasa kesepian dan menarik diri. Kemudian menjadi pendiam dan menutup diri. Banyak kasus anak menjadi depresi karena mereka tidak mendapatkan perhatian yang layak untuk didengar dan dilihat sebagai individu.[10]

2.      Demokratis
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bgertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab atas segala tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatifnya, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak-orang tua.
Pola asuh demokratis  juga akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru. Dan kooperatif terhadap orang lain. Banyak anak yang dibesarkan dengan cara otoriter menunjukkan tanda-tanda masalah psikologi seperti depresi, sering merasa takut, dan pada kasus terberat keinginan nekat seperti bunuh diri karena stres.

3.      Permisif
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri. Ada kelebihan dan kekurangan yang dapat kita ambil dari pola asuh permisif ini, yaitu:
Kelebihan
Anak yang dibesarkan dengan kultur permisif, tumbuh dengan kemampuan berpikir secara kreatif dan bisa membuat banyak inovasi. Kebebasan untuk meraih apa yang mereka inginkan membuatnya bisa berpikir out of the box. Inilah budaya yang pada akhirnya membentuk Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Steve Jobs.
Pola asuh permisif menghasilkan sikap yang cenderung lebih tegas dan agresif karena mereka tumbuh bukan sebagai pengikut yang hanya menuruti jalan yang dibuat orang lain. Melainkan, mereka tumbuh sebagai master dari masa depannya.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuk ini umumnya lebih gembira dan potensi terkena isu psikologisnya lebih kecil.
Kekurangan
Anak yang tak terbiasa ditekan oleh orangtua untuk melakukan suatu hal umumnya tumbuh sebagai sosok yang cukup puas dan tak berambisi tinggi.
Sejak kecil terbiasa untuk dimanja atau diberi kebebasan, dikhawatirkan ia mudah putus asa ketika tumbuh besar. Ketika ia harus bekerja keras untuk bertahan, ia bisa saja memilih jalan lain yang lebih mudah.[11]

4.      Laissez faire ( Penelantar )
Pola asuh Laissez faire atau penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman. Pola asuh seperti ini juga akanmenghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.

E.     FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA ASUH
Setiap orang mempunyai sejarah sendiri – sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu:
·                     Sosial ekonomi
·                     Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi.
·                     Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya.
·                     Nilai-nilai agama yang dianut orang tua: Nilai – nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya.
·                     Kepribadian: Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

·                     Jumlah anak: Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.