Senin, 29 September 2014

Terbaru 2020 - Jokowi-JK : Matematika akan digabung dengan Budi Pekerti

Resep Masakan Terbaru

infodunia-pendidikan.blogspot.com. Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah mengeluarkan rencana seputar arah pergerakan dunia pendidikan Indonesia. Sejumlah statemen menarik terlontar dari Presiden terpilih 2014-2019 ini. Bagaimanakah rencanya? Simak berita berikut yang admin salin dari Kompas.





Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla bakal merestrukturisasi kurikulum pendidikan Indonesia. Menelurkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi dan memiliki etos kerja yang baik merupakan tujuan kebijakan kurikulum itu.

Presiden terpilih Joko Widodo mengatakan, kurikulum baru nanti akan mengutamakan pembangunan karakter dengan berlandaskan budi pekerti dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Bentuknya, setiap mata pelajaran yang ada akan dikombinasikan dengan materi budi pekerti.

"Misalnya, bahasa Indonesia, sambil diisi oleh character building. Misalnya lagi, matematika digabungkan dengan budi pekerti, ditambah nilai-nilai kejujuran," ujar Jokowi di sela-sela aktivitasnya, Selasa (23/9/2014).

"Identitas anak-anak itu harus dibangun dari budi pekerti, sopan santun, kerukunan. Ingat, ini Indonesia. Nanti akan muncul anak-anak yang mampu bersaing dan punya etos kerja yang tinggi," lanjut Jokowi.

Komposisi pelajaran eksak dengan sosial, kata Jokowi, bakal dibagi-bagi. Di tingkat sekolah dasar (SD), 75 persen mata pelajaran akan menitikberatkan ke pembangunan karakter, budi pekerti dan pengenalan nilai-nilai budaya Indonesia. Sisanya baru pengenalan terhadap mata pelajaran ilmiah.

Ketika memasuki tingkat sekolah menengah pertama (SMP), komposisi antara pelajaran eksak dengan sosial, mulai diseimbangkan. Pelajaran eksak baru akan mendominasi saat sang anak memasuki sekolah menengah atas (SMA). Dengan tahapan demikian, Jokowi yakin revolusi mental generasi selanjutnya akan terjadi.

"Sistem itu akan melahirkan anak-anak yang punya integritas. Misalnya, nanti dia bekerja di birokrasi, integritas semacam itu yang diperlukan. Tidak korupsi, etos kerjanya baik," ucapnya.

Jokowi mengatakan, rencana kurikulum itu telah siap. Begitu dilantik, Jokowi langsung tancap gas mengimplementasikan kurikulum pendidikan tersebut.




Demikian Berita kali ini mengenai Jokowi-JK : Matematika akan digabung dengan Budi Pekerti. Semoga bermanfaat.


Minggu, 28 September 2014

Terbaru 2020 - Perbedaan Pendidikan Formal dan Non-Formal

Resep Masakan Terbaru

infodunia-Pendidikan.blogspot.com. Mungkin kita sering mendengar istilah-istilah pendidikan formal dan non-formal. Entah saat membaca artikel atau ketika mengisi beberapa formulir. Pada kesempatan kali ini kita akan bahas, apa maksud dari ketiga jenis pendidikan tersebut dan apa perbedaan keduanya.

jenis pendidikan


1. Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang ditempuh pada lembaga resmi/legal baik negeri (milik pemerintah) ataupun swasta (atas izin pemerintah) yang memiliki tahapan atau jenjang pendidikan yang sangat jelas. Dalam pendidikan Formal di Indonesia terbagi menjadi Tingkat dasar yaitu Sekolah Dasar, tingkat menengah, yaitu SMP maupun SMA/SMK (dan yang sederajat) dan Tingkat Tinggi yaitu Perguruan Tinggi/ Sekolah Tinggi atau Universitas. Peserta didik  menempuh pendidikan Formal ini berbatas waktu, untuk sekolah Dasar 6 Tahun, Menengah 6 Tahun (SMP + SMA/SMK) sedangkan sekolah tinggi biasanya tergantung jurusan dan jenjang yang ditempuh dan biasanya lebih fleksibel. Misalkan untuk mengambil jenjang Strata 1 (S1) rata-rata sekitar 4 tahun, untuk Diploma 3 (D3) 3 tahun dan seterusnya. Pendidikan formal memiliki ciri Kurikulum yang baku. Lembaga pendidikan formal baik negeri maupun swasta harus mengikuti acuan kurikulum dari pemerintah. Karena kelak kompetensi peserta didik akan diuji dengan standar dari pemerintah juga. Hal ini dilakukan agar terdapat kesetaraan kompetensi di semua lembaga pendidikan.

2. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan sebagai penunjang kegiatan pendidikan formal. Atau sebagian pendidikan non-formal diselenggarakan untuk mengasah bakat peserta didik. Pendidikan non-formal  sangat mudah kita jumpai, seperti  tempat kursus,  seperti  kursus bimbingan belajar (BimBel) pelajaran-pelajaran sekolah atau bimbel untuk lulus tes tertentu seperti CPNS dan semacamnya. Ada juga lembaga yang menyelenggarakan kursus menyanyi, kursus komputer dan sebagainya. Untuk lembaga pendidikan non-formal aturannya tidak seketat pendidikan formal. Pendidikan non formal bebas mengatur kurikulum mereka sendiri untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis keahlian yang mereka tawarkan. Pendidikan non formal tidak harus mengantongi legalitas saat ingin menyelenggarakan kegiatannya, namun jika ada lembaga yang mengantongi dokumen pendukung misalkan sertikat diakui oleh instansi-instansi besar ataupun pemerintah ini menjadi nilai tambah bagi lembaga pendidikan tersebut.

Nah, demikianlah artikel kali ini mengenai Perbedaan Pendidikan formal dan non-formal. semoga bermanfat,

Rabu, 24 September 2014

Terbaru 2020 - Komentar Yohanes Surya tentang PR Matematika kelas 2 SD

Resep Masakan Terbaru

infodunia-pendidikan.blogspot.com. Belakangan di dunia maya (internet) dihebohkan oleh kasus anak kelas dua SD (dramatisir dikit, hehe..). Dimana Anak ini diberikan PR 4x4x4x4x4x4 = ... x ... 
Sebenarnya ini masalah PR matematika SD tersebut sepele bagi sebagian orang namun belakangan entah kenapa jadi heboh, mungkin karena kedua pihak saling "kekeuh" dalam mempertahankan argumen masing-masing tanpa mau berpikiran sedikit lebih terbuka. Di bawah ini screenshoot dari PR anak tersebut.

heboh PR matematika SD
menurut saya pribadi sih, kebetulan juga sebagai pengajar matematika juga, semestinya jawaban tersebut tidak serta merta disalahkan, walaupun kita hendak mengajarkan konsep yang benar dan konsep tersebut masih belum dipahami oleh siswa. Guru bisa saja memberikan nilai separuh dari jawaban yang betul, sehingga sang anak juga jadi lebih termotivasi untuk mendapatkan nilai utuh dengan menggunakan konsep yang kita ajarkan. Karena jika hasil kerjanya serta merta tidak ada nilainya, khawatir justru siswa tersebut malah down. Namun inilah realita dunia pendidikan, salah dan benar itu terkadang tipis bedanya dan perlu kebijaksanaan untuk menerimanya.

Daripada saya kebanyakan komentar, mendingan saya kutip penjelasan dari Prof. Yohanes Surya saja deh. hehe.. silakan simak.

Prof. Yohanes Surya

Lewat laman Facebooknya, profesor yang aktif dalam berbagai pelatihan Matematika dan Fisika GASING (Gampang Asyik dan Menyenangkan) ini menjelaskan perbedaan 6 x 4 dan 4 x 6.

Dia memberikan gambaran jeruk dalam kotak. Berikut ini penjelasannya:

Berapa jeruk dalam 2 kotak berisi masing-masing 4 jeruk?
Jawabnya adalah 4 jeruk + 4 jeruk

Kalimat Berapa jeruk dalam 2 kotak berisi masing-masing 4 jeruk ?
boleh ditulis

2 kotak x 4 jeruk/kotak =

disingkat

2 x 4 jeruk =

Jadi

2 x 4 jeruk = 4 jeruk + 4 jeruk

Selanjutnya kita tulis
2 x 4 = 4 + 4 (kesepakatan)

Dengan kesepakatan itu kita boleh menulis :
6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4
4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6

Kesimpulan:

Ketika menghitung 6 x 4 kita membayangkan menghitung jumlah jeruk dalam 6 kotak berisi masing-masing 4 jeruk. Jadi 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4

Ketika menghitung 4 x 6 kita membayangkan menghitung jumlah jeruk dalam 4 kotak berisi masing-masing 6 jeruk. Jadi 4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6

Dengan logika kotak dan jeruk ini, lebih mudah bagi kita untuk mengerti tidak hanya soal-soal cerita perkalian tetapi juga berbagai operasi matematika seperti 28:7 = atau 4a + 4b = 4 (a + b) dsb.


Nah demikianlah artikel kali ini mengenai Komentar Yohanes Surya tentang PR Matematika kelas 2 SD. semoga bermanfaat.

Selasa, 23 September 2014

Terbaru 2020 - Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.3

Resep Masakan Terbaru

infodunia-pendidikan.blogspot.com. Artikel kali ini  Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.3 merupakan bagian akhir dari rangkaian artikel mengenai kesalahan logika dalam berdebat yang sering terjadi . Kesalahan logika berdebat ini menyebabkan terjadinya debat kusir yang tidak produktif. Oleh karena itulah kita berusaha menghindarinya agar perdebatan yang terjadi menjadi positif, produktif dan menghasilkan argumen yang benar.
Berikut lanjutan artikel Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat.

berdebat


10.   Begging the question (mengantisipasi jawaban)
Contoh :
•   Kita harus mendorong generasi muda kita untuk belajar mata pelajaran X untuk meningkatkan moralitasnya.
Tetapi apakah dengan mengajarkan pelajaran X benar terjadi pertumbuhan moral? Ataukah karena sebab yang lain? (misalnya: lingkungan pendukung, sistem manajemennya,  dsb).

11.   Circular Reasoning
Contoh:
•   Isi buku ini adalah benar, karena buku ini mengatakan demikian.
A membuktikan B, B membuktikan A. Pembuktian berputar seperti ini jelas tidak valid. Premis A & B sama-sama tidak terbuktikan , maka premis A harus dibuktikan secara independent terhadap premis B.

12.   Confusion of correlation and causation
Mengacaukan hubungan antara sebab dan akibat.

Contoh :
•   Mayoritas dari orang sukses di dunia adalah beragama X, maka masuklah kepada agama X…anda pasti sukses.
Padahal mungkin orang-orang golongan tertentu yang berkumpul dalam suatu masyarakat tertentu (kelompok X) itulah yang menyebabkan mereka terlihat ‘sukses’.

•   Anak yang menonton acara kekerasan di TV  cenderung untuk menjadi ganas ketika ia dewasa.
Apakah program di TV itu menyebabkan kekerasan, ataukah anak-anak yang berbakat ganas cenderung menonton acara kekerasan di TV?

13.   Half truths
Suatu pernyataan yang biasanya ditujukan untuk menipu seseorang dengan menyembunyikan sebagian fakta / kebenaran.

Contoh:
•   Orang-orang agama X itu pasti bahagia dan diberkahi Tuhan.
Sengaja tidak mencantumkan data tentang umatnya yang miskin, penyakitan, broken home, dsb)


14.   Communal reinforcement
Suatu proses dimana suatu klaim menjadi suatu kepercayaan kuat melalui suatu  pernyataan yang diulang-ulang oleh suatu anggota komunitas. Proses ini independent terhadap kebenaran klaim tersebut dan tidak didukung oleh data empiris yang signifikan untuk menggaransi bahwa kepercayaan itu didukung oleh alasan yang reasonable.
•   Percaya sama guru X pasti masuk surga. (semata-mata hanya karena banyak orang yang meneriakkan hal yang sama)
Kebohongan yang diulang-ulang terus dalam jangka waktu yg lama, akan menjadi seperti sebuah fakta. Hanya melalui penyelidikan dan analisis yang seksamalah kita bisa menilainya.


15.   Non-sequitur (nggak nyambung)
Suatu kesimpulan yang diambil tidak didasarkan pada suatu premis ataupun evidence/ fakta.
•   Sekarang ini banyak muncul wabah penyakit menular. Kesimpulan: membuktikan bahwa sekarang adalah akhir jaman.
Padahal munculnya penyakit-penyakit itu disebabkan oleh sebab yang lain yang bukan karena akhir jaman.
Disamping itu, pelabelan penyakit-penyakit sebagai 'wabah penyakit menular' adalah penjangkaran (anchoring) yang manipulatif sekedar untuk melegitimasi asumsinya tanpa satu dasar-dasar penilaian yang obyektif.

16.   Post Hoc, ergo propter hoc (itu terjadi sebelumnya, maka itu disebabkan olehnya)
Semacam non-sequitur, tetapi berdasarkan waktu.
•   Lihat, ia menjadi sakit setelah pergi ke Klenteng, maka Klenteng adalah tempat iblis; Ia sembuh dari penyakitnya setelah roh jahat diusir oleh pendeta kami.
Padahal sakitnya / sembuh sakitnya tidak  disebabkan oleh sesuatu yang ada hubungannya dengan kepergiannya ke Klenteng ataupun doa. Bisa saja penyakitnya disebabkan oleh infeksi bakteri / virus di tempat lain atau terjadi jauh-jauh hari sebelumya dimana membutuhkan masa inkubasi tertentu utk kemunculannya. Hanya kebetulanlah penyakit itu muncul pada hari yg sama.
Demikian juga kesembuhannya, bisa disebabkan oleh faktor-faktor alamiah ataupun gejala periodikal dari muncul-lenyapnya suatu penyakit kronis. Disamping itu seringkali yang terjadi adalah ybs juga pergi ke dokter dan meminum obat. Obat itulah yg menyebabkan kesembuhannya, meskipun seringkali fakta ini diabaikan sekedar untuk memuaskan sentimental keagamaannya.

17.   Red Herring

Sering terjadi….sang pendebat buru-buru mengalihkan perhatian / subyek pembicaraan.

18.   Statistic of small number
Satu kasus digunakan untuk menjudge keseluruhan. Hanya karena suatu kejadian, tidak dapat mewakili kemungkinan keseluruhannya.
•   Lihat setelah ia menjadi kelompok X hidupnya menderita, berarti kelompok X itu sesat.

19.   Straw man (manusia jerami)
Membuat suatu skenario yang salah (image yang menyesatkan) kemudian menyerangnya. Ini sangat sering digunakan dalam diskusi kita.
Contohnya:
•   ajaran X itu agama pesimis, coba bayangkan bukankah hidup kita harus optimis?. 
Padahal bisa saja agama X bukan berparadigma pesimistis maupun optimistis tetapi mencoba untuk melihat suatu permasalahan secara realistis.

20.   Dua salah menjadi benar
Dalam suatu penalaran logis, suatu premis salah tidak semata-mata menjustifikasi suatu premis salah lain menjadi benar.
Contoh :
•   Premis A :Di negara ini hukum tidak ditegakkan secara baik. (salah)
Premis B : Banyak sekali koruptor yang dibiarkan bebas. (salah)
Oleh karena itu, sah-sah saja bagi saya untuk melakukan korupsi karena memang negara tidak menegakkan hukum. Salah pemerintah sendiri kenapa tidak menggunakan perangkat hukum untuk  menangkap saya.

Menilai suatu kebijakan/hukum melalui generalisasi dari hanya beberapa oknum yang berkelakuan negatif jelas bukan merupakan suatu tindakan yang bijaksana. Perlu dicari kompleksitas permasalahannya terlebih dahulu. Selanjutnya, tindakan konversi yang juga bukan merupakan tindakan yang etis tentu tidak layak untuk digunakan sebagai alasan pembenarannya.

Demikian artikel kali ini mengenai Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat. Dan Artikel ini merupakan bagian akhir dari rangkaian artikel Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat. Semoga bermanfat.

Minggu, 21 September 2014

Terbaru 2020 - Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.2

Resep Masakan Terbaru

infodunia-pendidikan.blogspot.com. Setelah pada Artikel sebelumnya mengenai Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.1 telah kita sampaikan 3 kesalahan logika yang sering sekali dilakukan pihak-pihak yang berdebat, sehingga hanya menyebabkan debat kusir yang hanya menghasilkan sesuatu yang negatif tanpa penyelesaian masalah. Debat kusir hanya menimbulkan perasaan negatif. Berikut kita lanjutkan artikelnya kali ini Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.2

kesalahan dalam berdebat

 4.   Argument from authority (Argumentum ad verecundiam)
Menggunakan kata-kata “para ahli” atau membawa-bawa otoritas sebagai dasar dari argumen daripada menggunakan logika dan fakta untuk mendukung argumen itu.
Contoh :
•   Profesor X, Doktor Y dari  Pusat Riset  ABC  mengatakan berdasarkan penelitian ilmiah  bahwa teori evolusi itu tidak dapat dibuktikan,  dan yang benar adalah teori inteligent-design..
•   Di Amerika pernah ada penelitian bahwa ketika orang yang meninggal ditimbang secara teliti, maka bobotnya berkurang sedikit. Ini membuktikan adanya roh yang meninggalkan tubuhnya
.
Sesuatu tidak lantas menjadi benar hanya karena suatu otoritas mengatakan sesuatu hal. Bila pendebat memberikan testimoni dari seorang ahli, lihat apakah dilengkapi dengan alasan yang logis dan masuk akal, serta hati-hati terhadap keotentikan sumber dan evidence (bukti) di belakangnya. Seringkali suatu penelitian dibuat seakan-akan canggih dan kredibel tetapi setelah dicek ke komunitas profesinya ternyata tidak mendapatkan pengakuan ataupun ditolak mentah-mentah sebagai pseudo-science. Bahkan ada nama-nama ahli atau pusat riset tertentu yang fiktif belaka.

Perhatikan juga karena seringkali, yang bersangkutan mengutip penelitian tersebut secara sepotong-sepotong (tidak lengkap) dan out of context (keluar dari konteks).


5.   Argument from adverse consequences
Contoh :
•   Bencana terjadi karena Dewa menghukum orang yang tidak percaya; oleh karena itu kita harus percaya kepada Dewa.


Hanya karena suatu bencana seperti gempa bumi atau gunung meletus terjadi, tidak mengatakan sesuatu mengenai eksitensi maupun non-eksistensi dari sesuatu. Ataupun tidak menyatakan suatu keharusan untuk mempercayai sesuatu (yang tidak berkaitan secara ilimiyah).

6.   Menakut-nakuti (Argumentum ad Baculum)
Argumen yang didasarkan pada tekanan atau rasa takut.
Contoh:

•   Apabila anda tidak mengakui bahwa pendapat saya adalah benar, maka anda adalah seorang pengkhianat.

Penjelasan:
Dengan menakut-nakuti, menekan ataupun mengancam, justru menunjukkan betapa lemahnya argumen mereka tanpa bisa memberikan bukti ataupun support atas argumentasinya itu. Biasanya hal ini dilakukan apabila yang bersangkutan sudah merasa kepepet dan tidak tahu lagi apa yang harus diargumentasikan untuk mempengaruhi si lawan bicaranya.

7.   Argumentum ad ignorantiam
Suatu argumen yang mempelesetkan ketidaktahuan seseorang sebagai pendukung atas kebenaran argumennya.
Contoh:
•   Pernyataan kami pasti betul karena tidak ada yang pernah membuktikan salah.
•   Anda tidak bisa membuktikan hal yg sebenarnya tentang perguruan kami, maka semua yang anda katakan itu pasti salah sedangkan pendapat saya pasti benar (karena kami orang dalam).


8.   Argumentum ad populum
Argumen yang digunakan untuk mendapatkan popularitas dengan menggunakan issue-issue yang sentimental (emosional) daripada menggunakan fakta atau alasan yang rasional.
Contoh:

•   Mengapa anda terus menerus membantah argumen kami? Bukankah saya sudah memperlakukan anda dengan ramah?


9.   Bandwagon fallacy
Menyimpulkan suatu ide adalah benar hanya karena banyak orang mempercayainya demikian
Contoh:
•   Sebagian besar orang percaya pada teori X, maka teori tersebut pastilah benar.
•   Aliran X merupakan mayoritas, jadi pastilah aliran tersebut benar.

Hanya karena sekian banyak orang mempercayai sesuatu tidaklah membuktikan atau menyatakan fakta mengenai sesuatu. Contohnya adalah ketika Galileo mengatakan bahwa bumi bulat, maka ia ditentang oleh mayoritas orang dizamannya. Mayoritas mengatakan bumi datar tidak serta merta membuktikan kebenarannya.

Bersambung ke Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.3.

Sabtu, 20 September 2014

Terbaru 2020 - Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.1

Resep Masakan Terbaru

infodunia-pendidikan.blogspot.com. Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.1. Bagi sebagian orang, terkadang menghadapi situasi dimana diskusi berubah menjadi debat. Arti kata debat sendiri dalam KBBI adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dng saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Debat yang positif akan menghasilkan suatu keputusan atau argumen yang disepakati oleh semua pihak. Namun seringkali juga terjadi debat kusir. Dalam KBBI Debat Kusir adalah debat yg tidak disertai alasan yg masuk akal. Debat kusir terjadi karena peserta debat terkadang melakukan kesalahan-kesalahan logika dalam berdebat. Kesalahan inilah yang akan kita bahas dalam 3 bagian Artikel. Langsung saja, berikut Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.1.

kesalahan dalam berdebat



1.   Ad hominem:
menyerang orangnya bukan menjawab isinya. Ketika seorang arguer tidak dapat mempertahankan posisinya dengan evidence/ fakta / reason, maka mereka mulai mengkritik sisi kepribadian lawannya.

a. Ad Hominem Abusive: menggunakan kata-kata yg menyerang langsung penulis alih-alih membantah argumennya.
Contoh :
Abu : Kekacauan dalam organisasi disebabkan salah satunya oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ada.
Badu : Ah, itu kan pendapat anda yang sombong dan mau turut campur saja urusan orang lain.

Penjelasan:
Si Badu sama sekali tidak memberikan argumentasi lawan ataupun menunjukkan kesalahan dari argumentasi si Abu, melainkan menyerang pribadi si Abu dengan mengatakan sebagai ’sombong’ dan ’mau tahu urusan orang’. Apabila sikap si Badu seperti itu, maka apa gunanya dilakukan suatu diskusi lagi? Suatu diskusi adalah untuk membahas suatu masalah/ issue guna mendapatkan berbagai macam sudut pandang dan pemecahannya.


b. Ad Hominem Circumstansial : menggunakan hal-hal di sekitar si penulis dalam hubungan yang tidak relevan, untuk menyerang si penulis.
Contoh :
Abu : Kenaikan harga BBM memang sangat diperlukan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan defisit neraca pembayarannya.
Badu : Ah, kamu kan memang sudah kaya raya, jelas saja tidak merasakan penderitaan rakyat.

Penjelasan:
Jawaban si Badu mengenai apakah Abu itu kaya atau tidak, tidak ada hubungannya dengan argumentasi yg dikemukakan Abu. Hanya karena si Abu kaya, tidak menjadikan argumentasinya tidak valid.
Kedua, disini terdapat gejala Logical Fraud kedua yaitu: Mind Reading (membaca pikiran) : bagaimana si Badu tahu isi hati si Abu bahwa ia dikatakan tidak merasakan penderitaan rakyat?

c. Ad Hominem Tu Quo Que : mengatakan bahwa si penulis tidak berhak menyatakan hal tersebut karena ia tidak melakukan apa yang dikatakannya.
Contoh :
Abu : Dalam kondisi tekanan ekonomi seperti sekarang ini maka sebaiknya kita menghemat pemakaian energi dan mencegah pemborosan2 yang tak perlu.
Badu : Ah, mobil anda saja land rover yang terkenal boros bensin, anda tidak pantas untuk menganjurkan penghematan.

Penjelasan:
Bagaimana tingkah laku si Abu dalam kenyataannya tidak memiliki relevansi untuk menjelaskan kevalidan argumennya. Disamping itu, kita tidak tahu sama sekali tentang pertimbangan2 apa yang terdapat dalam benak si Abu untuk menggunakan mobil Land Rover.


2.   Appeal to ignorance (Argumentum ex silentio)
Menganggap suatu ketidaktahuan sebagai fakta atas sesuatu.
Contoh:
•   Kita tidak memiliki bukti bahwa Tuhan ada, maka Dia tidak ada.
•   Tidak ada orang yang pernah mengkritik kami selama ini, jadi segala sesuatunya pasti baik-baik saja.

Penjelasan:
Ketidaktahuan akan sesuatu hal tidak serta merta mengatakan bahwa sesuatu itu ada ataupun tiada.
Tiadanya orang yang mengkritik selama ini bisa saja disebabkan oleh sebab2 lain (misal: sungkan, takut, mengisolasi diri, dsb) yang sama sekali tidak serta merta berarti bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik-baik saja.
Peryataan / statement seperti itu jelas menyalahi kaidah-kaidah logika, sehingga tidak perlu dipertimbangkan sebagai sesuatu hal yg bermanfaat, karena apabila diteruskan hanyalah mengarah pada debat kusir.

3.   Appeal to faith
Contoh :
•   Bila anda tidak memiliki kepercayaan/iman terhadap hal ini, maka anda tidak akan mengerti.

Penjelasan:
Bila seorang pendebat berdasarkan pada kepercayaan sebagai dasar dari argumennya, maka tiada lagi yang dapat dibicarakan dalam diskusi. Itu namanya bukan diskusi, tapi pemaksaan kepercayaan. Iman, dalam definisinya adalah suatu kepercayaan yang tidak berdasar pada logika, evidence maupun fakta. Iman berdasarkan pada pikiran yang irasional, dan hanya menimbulkan kekeraskepalaan (bebal, fanatik).

Demikianlah artikel kali ini mengenai Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.1 dan in syaa Allah akan kami lanjutkan pembahasannya pada Kesalahan-Kesalahan Logika dalam Berdebat Bag.2.
Semoga Bermanfaat.

Kamis, 18 September 2014

Terbaru 2020 - Contoh RPP Matematika Dengan Project Based Learning (Kurikulum 2013)

Resep Masakan Terbaru


infodunia-pendidikan.blogspot.com. Assalamualaikum... Kali ini saya akan sharing sebuah RPP yang sudah untuk kurikulum 2013. RPP kali ini untuk mata pelajaran matematika SMK/SMA. RPP ini menggunakan model Project Based Learning (Pembelajaran berbasis proyek).
RPP Matematika



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan        : SMA
Kelas/Semester            : X / 2
Mata Pelajaran             : Matematika-Wajib
Topik                           : Geometri
Waktu                          : 4 × 45 menit


A.      Kompetensi Inti SMA kelas X:
1.  Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.  Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3.  Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.  Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B.      Kompetensi Dasar
2.1 Menunjukkan sikap senang, percaya diri, motivasi internal, sikap kritis, bekerjasama, jujur dan percaya diri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan nyata.
2.2    Memiliki sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif
3.13. Mendeskripsikan konsep jarak dan sudut antar titik dan garis dan bidang melalui demonstrasi menggunakan alat peraga atau media lainnya
4.13. Menggunakan berbagai prinsip bangun datar dan ruang dalam menyelesaikan masalah nyata berkaitan dengan jarak dan sudut antara titik, garis dan bidang.
C.      Indikator Pencapaian Kompetensi.
3.13.1.   Menemukan konsep jarak antara titik dengan titik,  titik dengan garis, titik dengan bidang,  garis  
          dengan garis.
  3.13.2. Menggambar dan menghitung jarak titik ke garis, titik ke bidang dan jarak dua garis pada benda bangun ruang
3.13.3.menemukan konsep sudut antara garis dengan garis dan garis dengan bidang  melalui demonstrasi menggunakan alat peraga atau media lainnya
4.13.  Terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan konsep menentukan jarak dan sudut antara titik dan garis dan bidang
3.       Tujuan Pembelajaran
Melaluikegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran geometri ini diharapkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat :
1. Menuliskan definisi jarak dua titik, titik dengan garis, titik dengan bidang,  garis dengan garis.dengan kalimat sendiri. secara tepat, sistematis, dan menggunakan simbol yang benar.
2.   Mengimplementasikan konsep jarak 2 titik, titik dengan garis, titik dengan bidang,  garis dengan garis dalam pemecahan masalah matematika non rutin.

4.       Materi Matematika
Materi Fakta
1.      Unsur-unsur Bangun Ruang (titik sudut, rusuk, bidang sudut, diagonal bidang, diagonal ruang)
2.    Masalah-masalah kontekstual yang berkaitan dengan masalah geometri ( masalah kedudukan benda, jarak antar benda, dll)
 Materi Konsep
1.      Konsep jarak antara  titik ke garis pada bangun ruang
2.      Konsep jarak titik ke bidang pada bangun ruang
3.      Konsep besar Sudut pada bangun ruang
4.       Konsep pythagoras
5.       Konsep perbandingan trigonometri
Materi Prinsip
1.    Sifat-sifat jarak titik ke Garis
2.    Sifat-sifat jarak titik ke Bidang
3.    Sifat-sifat dua garis dalam bidang yang sama
Materi Prosedural
Langkah-langkah/ strategi dalam penerapan konsep dan prinsip jarak dan sudut antara titk, garis dan bidang

6.       Model/Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik (scientific).Model Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) menggunakan kelompok diskusi yang berbasis masalah.  


 Password rar : infodunia-pendidikan.blogspot.com

Demikian Artikel kali ini mengenai Contoh RPP Matematika Dengan Project Based Learning (Kurikulum 2013). Jika link bermasalah silahkan berkomentar di bawah. Semoga Bermanfaat.